Lahirnya Jilbab di Indonesia


Lahirnya Jilbab di Indonesia


Bangsa Indonesia telah menganut berbagai macam kepercayaan, seperti animisme, dinamisme, dan lain-lain. Sebelum kedatangan Islam, kepercayaan tersebut sangat kuat dan mengakar  dihati masyarakat Indonesia. Agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera, kemudia mulai menyebar ke pulai-pulau lain di Nusantara (Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 12, 2016: 28). Karena hal tersebut, banyak rakyat Indonesia yang tertarik untuk masuk Islam sehingga mayoritas warga Indonesia memilih Islam sebagai kepercayaan dan agama mereka. Tata cara Beribadah dan aturan dalam Islam yang perlahan-lahan pun dikenal. Hingga, suatu kain penutup aurat yang sering disebut Jilbab atau Hijab pun sekarang telah meluas dan terdapat berbagai model yang menarik.Tulisan ini akan membahas tentang sejarah lahirnya Jilbab di Indonesia

Sejarah mengenai lahirnya jilbab dan siapa Muslimah yang pertama kali memakai jilbab di Indonesia belum diketahui secara pasti, ranah mengenai sejarah pasti lahirnya dan perkembangan jilbab di Indonesia juga belum banyak diungkap dan tidak banyak menjadi perhatian para sejarawan, peneliti sejarah ataupun mereka yang mengaku sebagai jilbabers dan desainer jilbab itu sendiri.

Berdasarkan sumber tertulis mengenai sejarah jilbab Indonesia sebelum abad ke-20 memang masih belum banyak ditemukan, namun peneliti asal Prancis Denys Lombard, meletakkan sebuah ilustrasi menarik berjudul ‘an Achein woman’, seorang wanita Aceh dengan baju panjang dan  jilbab tertutup rapat dalam bukunya ‘Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)’. Ilustrasi pakaian wanita Aceh tersebut ia ambil dari naskah Peter Mundy pada tahun 1637 atau empat tahun sebelum pemerintahan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah pada tahun 1641. Ini artinya, perempuan Aceh sejak abad ke-17 sudah menutup auratnya.

Selain pakaian masyarakat biasa, jilbab juga menjadi pakaian dalam kesultanan, buku yang ditulis oleh Sejarawan, Muhammad Ali Hasjmi (M.A. Hasjmi) berjudul “59 Tahun Aceh Merdeka Dibawah Pemerintahan Ratu” pada halaman  206, juga memperkuat ilustrasi dalam buku Denys Lombard.

Disamping itu, Hasjmi menerangkan dalam tahun 1092 H atau 1681 M (catatan Muham­mad Said :1683 M), rombongan Syarif Mekkah ketika mendapat kesempatan menghadap Sultanah Zakiatuddin Inayat Syah, dan keheranan mereka jadi bertambah setelah sebelumnya terkagum-kagum melihat Banda Aceh yang cantik dan permai, dimana mereka dapati tentara pengawal istana terdiri dari prajurit-prajurit wanita yang semuanya mengendarai kuda. Pakaian dan hiasan kuda-kuda itu dari emas, suasa dan perak. Tingkah laku pasukan kehormatan dan pakaian mereka cukup sopan, tidak ada yang menyalahi peraturan Agama Islam.

Tidak hanya itu, sumber lain mengenai jilbab Indonesia sebelum abad ke-20 juga ditemukan di situs media Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau KITLV, sebuah Institut Linguistik dan Antropologi yang dibangun atas kerjasama pemerintah Belanda dengan pemerintah Aceh. Dalam foto berjudul Vrouwen behonderende bij het sultanaat te Koetaradja atau terdapat seorang perempuan kesultanan Kutaradja dengan baju panjang dan selendang yang menutupi kepalanya, foto tersebut diambil sekitar tahun 1903 atau satu abad setelah berakhirnya Kerajaan Aceh Darussalam pada abad 19  (thisisgender.com, 2015 : 1)

Meski sejarah Hijab Indonesia, terutama pra maupun awal-awal Indonesia merdeka, pemakaiannya masih ada yang belum sempurna tapi sebagai Muslimah Indonesia kita tetap harus berjilbab sesuai syariat, apalagi jaman sekarang sudah banyak kitab-kitab maupun ulasan Fikih, baik online tentang wajibnya menutup aurat secara sempurna, tidak seperti jaman dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

열린 하늘 (Open Sky) -Introduce Cast-